Selasa, 14 Juli 2009

Tempat Nongkrong Penjual-Pembeli

8 komentar
Jual Ayam Buras/kampung

ayam disamping ini merupakan ayam buras yg sering kita sebut sebagai ayam kampung, umurnya sekitar 2 bulan.
Dengan mengunakan sistem semi umbaran maka hasil daging ayam akan lebih enak daripada ayam yg setiap saat hanya makan dan tidur didalam kandang box.
pada saat umur 0-21 hari ayam berada dalam box, kemudian umur 21-panen ayam diumbar ato dilepas dalam lokasi 8x6 M/250 ekor. Hal ini dimaksudkan agar ayam dapat dengan leluasa berlari dan dengan sendirinya akan menghasilkan kualitas daging yg lebih padat dengan rasa yang lebih enak dibanding dengan ayam yang dari umur 0 hari sampai panen berada dalam kandang box.masalah perbedaan rasa yang saya sebutkan sering diungkapkan oleh beberapa peternak dan pemilik restoran ataupun rumah makan, maka layaklah bila ayam dengan sistem seperti ini memiliki harga yang lebih tinggi.

Deskripsi:

jenis: ayam buras/ kampung
umur: +/- 2 bulan
berat: 6-9 0ns
stock: 1000 ekor(siap dalam bulan lebaran)
harga: Hubungi kami

NB: harga bisa berubah sewaktu-waktu
READ MORE - Tempat Nongkrong Penjual-Pembeli

asal usul ayam

3 komentar
Berdasarkan nilai ekonomisnya,
ayam di dunia dikelompokkan
menjadi dua, yaitu ayam lokal atau
ayam asli dan ayam ras. Ayam lokal
belum disentuh teknologi seleksi
dan/atau persilangan. Ayam lokal
Indonesia hanya mampu memproduksi
telur 70-100 butir/tahun, dan
mencapai bobot 0,7-1,0 kg pada
umur 12 minggu. Ayam ras dapat
menghasilkan telur hingga 275
butir/ekor/tahun. Pertumbuhannya
pun cepat, mencapai bobot 2 kg/
ekor dalam waktu 4-6 minggu.
Ayam lokal di dunia berasal dari
ayam hutan. Ada empat spesies
ayam hutan, yaitu ayam hutan merah
(red junglefowl, Gallus gallus),
abu-abu (grey junglefowl, Gallus
sonneratii), ayam hutan India atau
ayam hutan Sri Lanka (junglefowl,
Gallus lafayetii), dan ayam hutan
hijau (green junglefowl, Gallus
varius), yang hanya ada di Indonesia
untuk dijadikan tetua ayam
bekisar. Ketiga spesies ayam hutan
lainnya didomestikasi untuk mendapatkan
telur dan daging.

Dengan menggunakan ilmu genetika
molekuler, para peneliti dari
Lembaga Ilmu Pengetahuan In-
donesia (LIPI), Balai Penelitian Ternak-
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada,
Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran, dan Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor,
telah melakukan penelitian
keanekaragaman sumber daya
hayati ayam lokal Indonesia. Salah
satu bab dari laporan tersebut ditulis
oleh Sri Sulandari, M.S.A. Zein, Sri
Paryanti, dan Tike Sartika, yang
membahas asal-usul ayam domestikasi
seperti diuraikan berikut ini.
Domestikasi ayam pertama kali
di dunia terjadi di sekitar Sungai
Kuning, Henan di Cina sekitar 6000
tahun sebelum Masehi (SM),
kemudian di Lembah Hindus, India
sekitar 2000 tahun SM. Domestikasi
pada awalnya bertujuan untuk
menyediakan ayam sabung bagi
kerajaan. Ayam hasil domestikasi
kemudian menyebar ke Mesir (157-
1320 SM), Suriah (2400 SM), Rumania
(600 SM), dan Korea (300
SM). Beberapa daerah sebaran
lainnya ditemukan di Afrika (Mali,
Afrika Selatan, Rwanda, Mozambik,
Nigeria dan Kongo) dan Eropa
(Spanyol, Swedia dan Inggris). Pada
awal domestikasi, kedudukan
ayam masih dikaitkan dengan berbagai
pemujaan, sebagai lambang
keperkasaan (ayam jago untuk kejantanan),
lambang kesuburan
(ayam betina untuk perempuan),
dan simbol cahaya dan kesehatan.
Bahkan pada zaman Romawi, ayam
banyak digunakan sebagai azimat
dan hewan korban kepada dewa
mereka (ayam putih dan hitam).

sumber:
Balai Penelitian Ternak
Jalan Raya Tapos, Ciawi
READ MORE - asal usul ayam

Senin, 13 Juli 2009

Pembuatan Pakan Ayam Buras

8 komentar
Ayam buras atau ayam kampung, merupakan salah satu sumber daya pertanian yang telah lama kita miliki. Hampir disetiap desa di seluruh Indonesia, penduduknya telah mengenal ayam buras. Mulai dari Petani yang kaya hingga petani kecil dengan cara pemeliharaan yang berbeda-beda. Faktor yang terpenting pada usaha pemeliharaan ayam buras adalah pakan. Hampir 60-80% dari komponen Maya produksi perlu dipatok untuk pengadaan pakan ini. Biaya pakan ini bisa kita tekan dengan cara menggunakan bahan pakan yang berharga lebih mewah namun mempunyai nilai gizi sama/lebih dengan pakan ternak
yang telah ada sebelumnya. Salah satu upaya kearah ini adalah dengan menyusun sendiri ransum pakan ternak dengan menggunakan bahan yang ada disekitar kita. Dalam rangka dapat mempertahankan produksi serta mendatangkan keuntungan bagi ternak di daerah Papua, LPTP Koya Barat Irian Jaya telah merekomendasikan ransum pakan ternak seperti tertera dibawah ini.


BAHAN MAKAN UNTUK PAKAN
Agar diperoleh pakan ternak yang bermutu dan tersedia setiap saat, perlu dicarikan bahan makanan yang balk dari sumber nabati, hewani dan limbah pertanian seperti:
a. Jagung; dedak halus; ampas kelapa; ubi kayu; beras mentah/gabah; dll. (sumber nabati).
b. Kacang hijau; kedelai; bungkil kalapa; bungkil kedelai; ampas tahu; dll. (sumber protein).
c. Tepung ikan; bekicot; cacing tanah; ulat; kumbang, dll (makanan asal hewan).
d. Tepung tulang; tepung karang (bahan mineral);
e. Daun lamtoro; daun turi; daun kangkung; rumput alam; daun ubi kayu, daun bayam, dll ( bahan asal hijauan ).


BEBERAPA FORMULA PAKAN AYAM BURAS
Formula pakan yang diberikan peternak beraneka ragam, dan pemberiannyapun disesuaikan dengan ketersediaan bahan makanan pada daerah tempat tinggalnya.

Berikut disajikan 2 buah Rakitan Paket Teknologi Pembuatan Pakan Ternak Ayam Buras, yang direkomendasikan oleh LPTP Koya Barat dalam rangka peningkatan roduksi ayam buras, melalui perbaikan pakan yang tersedia dilokasi.
a. Formula pakan ayam buras LPTP Koya Barat (Tepung Gamal)
1. Jagung : 35 % ;
2. Kedelai : 20 % ;
3. Bekatul : 30 % ;
4. Tepung ikan : 10 % ;
5. Tepung gamal : 3 % ;
6. Kapur : 1 % ;
7. Minyak kelapa : 1 % ;

- Daun gamal dikeringkan, dihancurkan, digiling, dicampur dengan bahan ransum sesuai komposisi.
- Biaya pakan : Rp. 2.400 / kg
- Konsumsi ransum optimal 58,47 gr/ekor/hari
- Konservasi ransum : 3,54 gr/ekr/hari
- Umur anakan ayam 10 -60 hari
- Sistem pemeliharaan intensif
- Skala minimal 100 - 150 ekor
- Penambahan bobot badan 16.52 gr/ekor/hari
- R/C : 2,35


b. Komponen Paket Teknologi Ampas Sagu, oleh LPT Koya Barat
1. Jagung : 65 % ;
2. Bungkil Kedelai : 24 % ;
3. Tepung ikan : 5 % ;
4. Ampas sagu : 5 % ;
5. Kapur : 0.5 % ;
6. Minyak kelapa : 0.5 % ;
- Limbah sagu dikeringkan, digiling, dicampur merata dengan pakan sesuai


komposisi.
- Biaya pakan Rp. 2.400/kg
- Konsumsi ransum optimal 56.01 gr/ekor/hari
- Konversi ransum : 3,9 gr/ekor/hari
- Umur anakan ayam : 10 - 60 hari
- Sistem pemeliharaan, serta skala minimalnya seperti pada butir a diatas
- Pertambahan bobot badan : 14,34 gr/ekor/hari, dengan R/C = 1 : 6


CARA PEMBERIAN PAKAN
Pemberian pakan ayam buras yang perlu diperhatikan adalah menghindari pakan berhamburan dari wadahnya, dengan cara mengisinya hanya separoh hingga 2/3 bagian kedalam tempat makanan yang diberikan. Dapat juga pakan dicampur sedikit air hingga membentuk bubur. Pakan diberikan minimal 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan petang hari, air minum perlu disediakan secara tidak terbatas.

________________________
Sumber :
1. Surat keputusan kantor Wilayah Departemen Pertanian No : 43/SKIV1/6/2000
tentang rekomendasi Paket Teknologi Pambuatan Pakan Ternak Ayam Buras
2. Dinas Peternakan Propinsi Irian Jaya


READ MORE - Pembuatan Pakan Ayam Buras

AnDA PeNGunJUng KE

Gabung yuuk

 

Copyright 2008 All Rights Reserved | Revolution church Blogger Template by techknowl | Original Wordpress theme byBrian Gardner